Another Side of Folklore #1 : Serigala Yang Tertangkap
Seekor serigala tua meringkuk di dalam kurungan yang terbuat
dari kayu. Tubuhnya terlalu lemah dan lapar untuk bisa mengusahakan pelarian
diri. Ia hanya bisa mendelik, memperhatikan penduduk desa yang menjadikannya tontonan.
Begitu banyak ekspresi yang bisa ia tangkap : pria yang marah, wanita yang
ketakutan, sampai anak kecil yang terkagum-kagum.
Sesekali batu kerikil dilempar ke arahnya. Beberapa orang
iseng menyundut tubuhnya dengan batang kayu. Tapi tak ada satu pun yang berbaik
hati memberi seteguk air meski makhluk itu sudah kehausan selama berhari-hari.
Yang ada, orang-orang haya memberikan kalimat penuh dengki.
“Lihat, katanya monster itu memakan seorang nenek tua di
hutan!”
“Dasar makhluk kejam!”
“Biar tahu rasa ia dikurung seperti ini!”
Sang serigala hanya bisa bertanya dalam hati. Salahkah ia
karena melakukan apa yang ia lakukan?
Ia hanyalah makhluk yang dilahirkan dengan kodrat sebagai
pemakan daging. Sayangnya semakin tua fisiknya semakin tidak cocok untuk
berburu. Pandangannya merabun, penciumannya memudar, bahkan larinya tak segesit
dulu. Untuk menangkap kelinci saja ia lebih sering gagal.
Tapi suatu hari ia menemukan rumah di tengah hutan. Tercium
aroma makhluk hidup yang samar dari dalam. Karena pintunya terbuka, juga
didorong rasa lapar, ia memutuskan untuk masuk ke dalam. Di sanalah ia
mendapati manusia tua tanpa daya, sama seperti dirinya. Seakan menemukan
hidangan gratis, ia langsung melahapnya. Kemudian ia tidur karena kekenyangan.
Pada saat terbangun, tubuhnya sudah terikat dengan beberapa pemburu
menggotongnya menuju desa.
Serigala itu melenguh. Jika saja ia dilahirkan dengan
kemampuan memakan hal lain selain daging, ia juga lebih memilih untuk menyantap
roti yan tergeletak di dapur.
Yah mungkin memang beginilah hidup. Yang kuat menjustifikasi
yang lemah, memutuskan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan makhluk lain. Toh
induk serigala yang terganas sekali pun tidak akan terima bila anaknya dimakan
karnivora lain.
Lalu makhluk itu memejamkan mata. Ia memasrahkan segalanya,
menganggap siksaan ini sebagai siklus biasa dalam kehidupan.
Namun yang menjadi sebuah ironi adalah, ia tidak pernah tahu
jika siksaan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan hukuman atas
pembunuhan si nenek. Yang jadi penyebab adalah, para pemburu baru kali itu
menemukan serigala dengan tubuh raksasa sepertinya. Karena itu para pemburu
memutuskan untuk menjadikannya tontonan dengan menarik bayaran, sebelum ia mati
dan bulunya bisa dikuliti.
Comments
Post a Comment