Prolog - Anggun Si Putri Cenayang
Suasana semakin panas pada acara MOS SMA 1 Bumianyar. Di antara siswa-siswa baru, ada satu anak yang berbadan besar, bertampang lebih tua dari yang lain. Wajahnya sawo matang, dengan codetan di mata sebelah kanan. Suaranya lantang menantang kakak kelas yang bertugas mendisiplinkan kelompoknya.
“Jablay!”
serunya. “Aku capek main baris-berbaris begini!”
Sang
kakak kelas terkesiap untuk sesaat, tapi kemudian balas teriak dengan emosi
meninggi.
“Jangan
asal ngomong! Memangnya cuma kau yang kepanasan? Semua juga kepanasan, tahu!
Makanya baris yang benar biar cepat selesai!”
“Oh,
Kakak kepanasan?” Si anak pemberontak keluar dari barisan, lalu mendekati sang
kakak kelas. “Ya memang body Kakak panas banget, sih!” Tangan anak itu dengan
seenaknya meremas sepasang buah dada ranum milik sang kakak kelas. Sontak gadis
itu pun menjerit seraya berusaha melepaskan diri.
“Woi,
kurang ajar kau ya!” teriak sang kakak kelas sambil menutupi dadanya.
Berlawanan dengan suaranya yang galak, wajahnya mulai memerah dan matanya
berkaca-kaca. Beberapa gadis lain segera mendekatinya, lalu merangkul untuk
menenangkan.
“Anak
bangsat! Hajar guys!”
Para
panitia laki-laki pun berdatangan. Tanpa ba-bi-bu ada yang meninju pipi si anak
pemberontak. Namun, anak itu hanya bergeming, lalu membalas tinju yang barusan
ia terima. Si kakak kelas pun terpental dengan mudahnya. Panitia lain segera
mengepung secara keroyokan. Sementara itu siswa-siswa baru tak ada yang berani
melerai. Mereka hanya berkerumun, seolah tengah menyaksikan tontonan.
“Panggil
guru pembina!” seru seseorang, tapi ia sendiri tak beranjak.
Setidaknya
ada lima panitia yang mengkonfrontasi si anak pemberontak. Anehnya, anak itu sangat
tegar. Tak peduli ditinju atau ditendang, ia tetap berdiri untuk membalas
serangan. Satu-persatu panitia pun berguguran, dengan hidung mimisan atau
meringis memegangi perut.
Akhirnya,
seorang pemuda bangkit dari bangku petugas kesehatan. Ia berlari menuju pusat
keributan. Namun, bukan untuk menolong korban yang jatuh. Tujuannya tak lain
merupakan si pembuat onar itu sendiri. Lalu dengan ancang-ancang mantap ia
melompat. Tubuhnya berputar di udara, dan kakinya melancarkan roundhouse kick. Seperti cambuk
kematian, tendangannya menghantam sisi kepala si pembuat onar.
Suara keras terdengar.
Detik berikutnya anak pemberontak itu jatuh terkapar. Hanya dengan satu serangan
dari Fatah, sang anggota ekstrakurikuler taekwondo.
Tendangan maut.
ReplyDeleteTapi masa iya sih ada anak baru yg sebangsat itu?
Saranku jangan langsung remes tetek. Adu bacot dulu aja trus colek pinggang atau perut. Too ekstrim, atau kalau ga, sakit jiwa itu si anak. Sebangsat bangsatnya temen seangkatanku yg bs silat, gak ada yg langsung main remes tetek kakak kelas.
Anak barunya ceritanya anak preman yang dikeluarin dari sekolah sebelumnya, lalu pindah ke sekolah itu. Tapi karena masuk tahun ajaran baru, tetap harus ikut MOS.
DeleteHmm iya juga ya terlalu ekstrim. Sip, nanti aku ulik lagi. :D
Konten dewasa :"v
ReplyDeleteMantap bung (y) Kenyal-kenyal adalah keadilan :v
ReplyDeleteWadoo awal2 uda ekstrim gini kakk mantaapp 😂😂😂
ReplyDeleteMnrtku Fatah sudah cukup menarik dan aksinya lumayan seru :)
ReplyDelete