Fan Translasi Indonesia : Fate Prototype Fragments of Blue and Silver #1

Fan translation dari Fate Prototype Fragments of Blue and Silver.
Disadur dari fan translation berbahasa Inggris oleh PhoenixRising.

===


Beautiful Mind Act 5 - Part 3-1


----Dan, waktu bergulir hanya satu kali.

8 tahun kemudian.
Tahun 1999.

Di satu sudut antara bangsal spesial dan bangsal umum dari suatu rumah sakit, Perfektur Shinjuku, area metropolis Tokyo.

Ketika Perang Cawan Suci kedua yang bersejarah telah dimulai.
Ketika pertarungan antara tujuh Master dan tujuh Servant terjadi.
Ketika seorang santo muda mencoba untuk mengakhiri kehidupan itu.
Ketika aku berada pada akhir dari hati-hariku yang menyakitkan, karena makhluk buas mengerikan yang tertanam di tubuhku.

Di bawah langit-langit yang tidak berubah.
Di dekat banyak jalinan kabel.

Aku dikelilingi oleh orang-orang berjas putih dengan ekspresi kosong.

----Beberapa hari kemudian, ia memenuhi satu-satunya keinginan egois yang pernah kumiliki dalam hidupku.


***

Aku tidak memiliki harapan yang perlu dikabulkan oleh Cawan Suci.
Sebab semuanya telah terpenuhi.
Aku selalu percaya.
Dalam kehangatan dunia.
Dalam kebaikan manusia.

Ketika aku membunuh Medusa mengerikan yang telah membantai banyak pahlawan, ketika aku menolong Andromeda yang telah dikorbankan kepada Cetus - sang monster perwujudan dari hukuman ilahi -, ketika aku mengambil kembali ibuku dari pengaruh jahat Polydectes, sang raja yang keji.
Bahkan setelah aku memerintah sebagai raja Tiryns.
Dewa-dewa Olympus menolongku, dan selalu menjaga tubuh ini.
Dewa Zeus yang hebat, dewi perang Athena, dan Hermes sang dewa kebijaksanaan, tidak akan melepaskan kebenciannya pada banyak orang bahkan mereka memberikan pujian-pujian, dan mengulurkan tangan mereka pada masalah dan krisis yang kuhadapi dalam petualangan-petualanganku.
Raja yang mengalahkan kejahatan serta monster pemangsa manusia.
Hal seperti itu, tak diragukan lagi jika ada makhluk yang tak terhubung dari dunia yang seharusnya.

Aku selalu... terberkati.
Aku takkan hancur oleh kehidupanku yang berbahaya.
Jalan yang harus kutempuh, menuju dunia yang dipenuhi oleh cahaya, selalu nampak jelas.
Itulah mengapa.

Ketika aku pertama melihat sosokmu, aku yakin bahwa kau adalah orang yang perlu diselamatkan dari dirinya sendiri, kali ini, di dalam dunia di mana aku telah termanifestasi sebagai Servant dengan kehidupan fana.
Kaulah orang yang terhubung denganku.

Hari itu, tubuhmu tersambung kabel yang tak terhitung jumlahnya, sama seperti Andromeda di masa lalu.
Kau, yang selalu terbaring di atas ranjang putihmu.
Seorang anak laki-laki yang rapuh.

Orang yang terus hidup tersambung pada mesin, terbebani oleh ambisi klanmu, untuk meraih pemanggilan arwah pahlawan.

Isemi : "Apa aku membuatmu tertarik?"

Kau, mempertanyakanku seperti itu.
Kau, bercerita padaku tentang konstelasi bintang, lalu kembali karena kau memiliki ikatan kuat pada orang-orang yang terhubung denganmu.
Tentang konstelasi Perseus - tubuh ini, yang telah diangkat ke surga oleh titah Athena untuk menjadi konstelasi bintang.
Kau tidak dapat melihatnya sekarang, karena yang masih menggantung pada langit di negeri Timur Jauh ini adalah konstelasi musim gugur.
Saat ini memasuki musim dingin.
Cuaca yang membuat orang menggigil.
Begitu menyedihkan, kala aku tahu betapa sulitnya bagimu, meski kupikir kau mungkin ingin melihat langit malam musim dingin dari luar sana.
Tubuhmu tidak dapat meninggalkan ruangan putih ini, karena kau tengah dilahap penyakit yang mengerikan.

Amat menyedihkan.

Kau, tidak dapat merasakan seperti apa gemerisik angin di padang terbuka.
Kau, tidak dapat mencium aroma air garam di pantai.
Kau yang tidak dapat menyaksikan keindahan langit malam berbintang.

Aah, jika saja----

Harapanku.
Harapanku pada Cawan Suci yang dikatakan mampu mengabulkan satu permintaan Servant dan Master dengan memenangkannya hingga akhir, dapatkah kita melihat malam berbintang musim gugur bersama-sama?
Kau begitu terkejut ketika aku mengatakannya padamu.

Isemi ; "Dengan begitu mudahnya, kau memutuskan keinginanmu?"

Itu sama sekali bukan misteri.
Karena tidak ada satu pun dalam tubuh ini sebelum aku dipanggil, yang mengharapkan sesuatu.
Aku tidak menginginkan apapun lagi, karena aku bahkan telah mendapatkan konstelasiku sendiri.
Karenanya, aku akan berharap untuk teman baruku yang kukenal setelah aku dipanggil ke dunia ini.

Ayo kita melihat konstelasi Perseus bersama, setelah kau sembuh.
Kau tidak mengangguk setuju, ketika aku mengucapkannya padamu.
Dan, kau mengatakan ini.

Hidupmu harusnya sudah berakhir 8 tahun lalu, bersama setiap orang dalam klanmu.
Bahkan orang yang menyebutku sebagai temannya dapat melakukan itu.
Itulah mengapa, aku tidak menginginkan apapun untuk diriku sendiri.

Jika kau "berharap untuk kebahagiaan lebih banyak orang pada Cawan Suci."
Sebuah kehidupan yang membawa pedih tiap kali jantungmu berdetak.
Aliran napasnya seakan ia baru saja menelan jarum.

Aku tidak benar-benar merasa hidup, sehingga itu tidak sesuai dengan sakit tak terhingga yang kau rasakan.
setelahnya, aku mencoba mengatakannya padamu, bahwa itu adalah keadaan di mana kau hanya menunggu kematianmu.
Aku tidak mengungkapkan protes akan setiap ketidakpuasanku, juga ketidaksenanganku, pada rasa sakitmu yang menyiksa tak terhingga.
Kau, berharap untuk kebahagiaan orang lain, tanpa sama sekali mengkhawatirkan keadaan tubuhmu yang terus digerogoti penyakit hingga berbentuk mengerikan.

***

Ah, kau benar-benar seorang pahlawan.

Dewa Zeus yang hebat, Athena, atas nama Hermes, mengapa, tidakkah kau dapat menyelamatkannya?
Ada seseorang di sana yang lebih cocok untuk menjadi konstelasi ketimbang seseorang di tempat ini.

Seorang pahlawan.

Tidak, itu salah, kau adalah seorang yang berharap untuk kebahagiaan orang lain yang dikabulkan hanya menggunakan sebuah benda sakral, tanpa bergantung pada kekerasan untuk menghanurkan dan melukai sesuatu.

Adalah kenyataan ketika aku mendengarnya darimu, bahwa para dewa sudah memisahkan diri dari bumi.
Setidaknya kini sudah tidak ada dewa di bumi.
Keharuan terdengar dari suara sang santo, tidak ada satu pun di kota ini yang mendapat cahaya bahkan pada malam hari.

Isemi : "Aku memiliki sebuah harapan."

Hari itu, kau mengatakannya.
Kau tersenyum, seakan kau bisa melakukan apapun jika itu mungkin kau lakukan.
Kau berharap untuk datang dan melihat penampilan kota.
Kau menginginkanku untuk melihat banyak orang, mengingatnya, dan menceritakannya padamu sebaik yang kubisa.
Itu adalah, harapan kecilmu.
Dadaku terasa sakit dan aku berpikir entah bagaimana kau meragu, tentang apakah aku khawatir mengenai hal baik yang akan kuceritakan padamu, hingga kau mengucapkan kata itu.
Bahkan walau itu tidak seluas yang kupikirkan betapa megahnya itu, kau terlihat simpati padaku.

Aku tidak memiliki harapan.
Bahkan jika kau bicara demikian, memalingkan telapak tanganku begitu saja sangatlah tidak bisa dimaafkan.
Tidak, itu adalah tugas yang mudah.
Benar-benar seperti itu.

Tidak perlu berpikir bahwa itu adalah kelemahan untuk memikirkan kegugupanku, meskipun seorang teman meminta sesuatu dari temannya.
Aku berjalan berkeliling sepanjang hari, merekam sosok anak-anak kecil bermain di sekitar bersama orang tua mereka, dan pemandangan burung-burung yang berkicau, dan juga pepohonan di taman las, meneruskan jalanku melalui lembah yang dipenuhi pencakar langit yang seolah mampu meraih surga, seperti yang kau harapkan.
Meskipun aku berikir bahwa tidak baik bagi orangmu untuk merekam di dalam sesuatu yang disebut foto, kau, mengalungkannya pada lehermu.

Meskipun itu baik bagi tubuhnya untuk tidak bergerak terlalu banyak, karena akan menyebabkannya terpeleset keluar dari sambungan kabel.

Isemi : "Aku ingin kau untuk melihatnya dengan mata kepalamu sendiri. Jika kau dapat menceritakannya kembali padaku, sementara aku masih dapat merasakan dan melihat."


End of Part 1

Comments

Popular posts from this blog

The Masque of the Red Death

Review Novel : Attack On Titan Before The Fall Vol. 1

Review Novel : Zombie Aedes