Sisi Edukatif Tayangan Karma ANTV

Roy senpai

Note : Artikel ini ditulis berdasarkan opini dan pengalaman pribadi.

Saat menyaksikan tayangan Karma di ANTV, bisa jadi hal pertama yang terlintas yang di benak anda adalah : "Ini pasti setingan!". Atau setidaknya menjadi sebuah pergolakan batin : "Ini asli atau setingan ya?" Namun, ada satu elemen yang seringkali luput dari perhatian pemirsa kala memperdebatkan keaslian tayangan ini. Itu adalah sisi edukatif yang tersirat dari aksi-aksi Kak Roy Kiyoshi.

Saya ingat salah satu episode Karma yang ceritanya begini. Seorang partisipan memiliki keluhan merasa kena guna-guna. Tiap malam dia sering menjerit-jerit sendiri seperti kerasukan syaiton. Kemudian Roy melipat-lipat kertas, lalu mengatakan bahwa di dalam kertas itu ada sesuatu yang ditakuti oleh si syaiton. Maka ketika Roy mendekatkan lipatan kertas itu pada si partisipan, si partisipan mulai menjerit-jerit. Namun, saat kertas dibuka, ternyata tidak ada apa-apa di dalamnya (selain tulisan nama Roy Kiyoshi). Roy pun menjelaskan bahwa sebenarnya si partisipan tidak kenapa-kenapa. Partisipan itu hanya merasa diguna-guna, sebab dulu pernah menjadi korban guna-guna (walau sekarang sudah tidak lagi). Nah, di sini sisi edukatifnya.

Walau terkesan akting, tapi fenomena seperti ini sebenarnya terjadi di masyarakat. Saya punya seorang Pakde yang tiap maghrib selalu merasa tak enak badan. Tiap kali sakit, beliau yakin kalau sedang diguna-guna oleh orang yang tidak suka dengannya. Bahkan saya pernah ngebawain 'orang pintar' untuk ngobatin, karena beliau sudah berobat ke banyak 'orang pintar' tapi masih dapat gangguan. Namun, kenapa beliau tidak mau berobat ke dokter? Karena ya memang beliau percayanya sama yang begituan. Diberitahu pun, alam bawah sadarnya akan menolak. Di sinilah sosok Roy Kiyoshi mengambil peran.

Anda yang percaya medis pasti lebih yakin saat didiagnosis oleh seorang dokter ketimbang oleh ustadz x ahli pengobatan y. Begitu juga orang yang percaya mistik, akan lebih percaya saat didiagnosis oleh ustadz x ketimbang oleh dokter. Masalahnya, ketika pasien berobat ke 'orang pintar' (mulai dari dukun, ustadz, haji, dsb), apapun keluhannya, sudah hampir 100% si 'orang pintar' akan mengiyakan segala keluhan si pasien. Kenapa? Karena kalau dia bilang pasiennya ga sakit apa-apa, nanti pasiennya ga jadi berobat, sehingga si 'orang pintar' ga jadi dapat uang. Tapi bagaimana jika paranormal yang 'dipercaya' hebat seperti Roy Kiyoshi yang mengatakan bahwa Pakde saya sebenarnya tidak kenapa-kenapa? Mungkin beliau jadi lebih bisa menerima diagnosis tersebut.

Untuk contoh kasus lain, Roy juga selalu mengingatkan partisipannya untuk berhenti bergantung pada hal-hal mistik, sambil memperbanyak karma baik. Sebab percaya atau tidak, masyarakat kita masih banyak yang bergantung pada hal-hal seperti itu. Mulai dari pedagang kaki lima, pemilik lapak di pasar, pemilik toko, ada aja pegangannya (mengesampingkan apakah dukunnya benar-benar manjur atau mereka cuma dikibuli). Yang makin sulit, karena 'orang-orang pintar' yang beredar di masyarakat tidak serta-merta pakai baju serba hitam dan kemenyan seperti di TV-TV, tapi banyak sekali yang memakai gelar keagamaan, pakai doa-doa keagamaan, dan mengatakan bahwa mereka cuma sebagai perantara (atau sebutan ilmiahnya sinkretisme) sehingga masyarakat tidak menganggap hal itu sebagai musyrik.

Mungkin istilahnya, Roy Kiyoshi ini seperti jembatan antara kepercayaan terhadap mistik dan sesuatu yang logis.

Akhir kata, menurut saya inilah karma-karma baik yang bisa kita petik dari tayangan Karma.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Masque of the Red Death

Review Novel : Attack On Titan Before The Fall Vol. 1

Review Novel : Zombie Aedes