Review Novel : Chocochips #1

Kembali lagi bersama saya yang kali ini akan mereview sebuah buku yang diproduksi oleh Chronicle Company Circle - komunitas penulis novel ringan yang berbasis di Bandung. Majalah novel ini pertama kali dilunjurkan pada event Comifuro 6 pada 22 Agustus kemarin.

Bisa dibilang buku ini memiliki konsep yang cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang telah beredar di pasaran. Enam penulis berpartisipasi dalam pembuatannya, namun buku ini bukanlah antologi cerita pendek. Lebih tepat menyebutnya sebagai 'antologi novel', karena di dalamnya terkompilasi chapter pertama dari enam cerita bersambung, yang pastinya akan ada kelanjutannya pada Chocochips #2.



Nah, langsung saja saya memulai reviewnya satu persatu.

Domas oleh Rizal Jombie

Cerita ini membawakan kisah dengan sentuhan adat yang sangat kental, terlihat dari upacara-upacara adat dan juga dialog Sunda yang digunakan. Sayangnya penggunaan bilingual (dialog Sunda beserta terjemahannya sekaligus) agak menyulitkan dalam proses membaca. Ada baiknya dalam dialog tetap mamakai bahasa Indonesia, namun jika memang ingin meunjukkan ke-Sunda-annya, bisa disubstitusikan pada satu - dua kata yang sangat khas saja.

A Snow White Blood oleh Syash

Bercerita tentang seorang anak perempuan yang diadopsi oleh keluarga pembunuh yang bekerja untuk keluarga kerajaan. Anak gadis tersebut diajarkan segala hal tentang pembunuhan sejak dini dan diperkenalkan dengan pangeran yang kelak harus ia lindungi. Tampaknya Chapter 1 ini memberikan banyak informasi yang akan mendukung cerita ke depannya, yang membuat saya terus menebak-nebak apakah nantinya pembaca akan disuguhi banyak aksi dan intrik pembunuhan ataukah drama antara tuan dan pelayan yang melindunginya.

Armed Transportation Company oleh Fsc

Cerita ini memiliki narasi yang begitu asyik diikuti pembaca. Selain itu latar belakang dunia yang disuguhkan cukup menarik, yakni sebuah dunia di mana kota-kotanya terpisah karena ada banyak sekali monster di luar sana. Satu-satunya jalan untuk berpindah kota adalah dengan menaiki kereta yang dilengkapi oleh kesatuan bersenjata. Sistem pertarungan baru yang membuat saya teringat waktu pertama kali melihat sistem pertarungan 3D Maneuver Gear dari Shingeki No Kyojin.

Girls Melody oleh Anrixrain

Cerita dibagi ke dalam dua bagian. Yang pertama mengisahkan seorang gadis yang tinggal sendirian jauh dari orang tua dan adiknya, sedang yang kedua tentang gadis yang baru saja merasakan pengkhianatan cinta. Satu kesamaan di antara mereka, keduanya tengah merasakan kekosongan hati. Yang jadi pertanyaan saya adalah, kenapa kedua tokoh utama (yang mungkin nantinya dipertemukan) adalah perempuan? Apakah nantinya cerita ini akan berujung ke... Ah, saya benar-benar jadi penasaran dengan kelanjutannya...

Renegade oleh Kuribolt

Baru mulai membaca saya langsung disuguhi oleh suatu operasi penyusupan. Beberapa hal yang perlu saya garisbawahi di sini adalah sebelum ada pendalaman karakter yang cukup, adegan-adegan aksi peyusupan sudah bertebaran secara intens sepanjang 1 chapter. Lalu, deskripsinya kadang agak sulit dipahami dengan sekali baca. Terakhir, ada baiknya jika misi mereka lebih diperjelas untuk membebaskan siapa, dan pentingnya apa, agar pembaca tidak sekedar mengikuti perjalanan di lorong-lorong kastel yang gelap tanpa tahu apa yang mereka kerjakan.

Kamikaze oleh Ran

Cerita mengambil seting Jepang pada tahun 1942, di tengah perang dunia yang tengah berkecamuk. Satu hal penting yang saya rasa luput dari cerita ini adalah pembangunan suasana genting perang dunianya. Di prolog, disampaikan bahwa tokoh utama akhirnya memilih untuk masuk ke akademi militer ketimbang universitas yang membuat semua orang di sekolahnya keheranan. Padahal menurut saya jika dari awal sudah diberitahukan bahwa mereka dalam keadaan perang, harusnya keputusan itu adalah sesuatu yang wajar saja, malah mungkin mendaat dukungan karena negara mereka pasti sedang membutuhkan banyak prajurit. Yang jadi masalah adalah kekhawatiran apabila tokoh utama yang lebih sering membaca di perpustakaan itu akan sanggup untuk bertahan dalam peperangan.

Lalu, suasana di akademi militernya lebih mengindikasikan suasana akademi militer yang santai ketika negara sedang damai ketimbang menghadapi perang. Ah ya, hal lain yang terasa mengganjal tapi saya tidak sepenuhnya yakin juga karena saya tidak tahu perkembangan teknologi di Jepang tahun 1942 : Apakah saat itu sudah ada televisi dalam skala masal yang menyiarkan acara superhero tiap minggu pagi? Apakah dunia perfilman Jepang sudah maju pesat? Apakah majalah dewasa sudah dicetak dalam skala masal hingga bisa dinikmati setiap orang?

Terlepas dari itu, ide cerita ini cukup menarik, apalagi menyorot seorang calon prajurit dari negara yang dalam tiga tahun ke depan akan kalah perang. Mungkinkah kisahnya dengan sang gadis dari akademi perawat akan berakhir tragis?

***

Yap, sekianlah review dari saya. Apabila ada di antara kalian yang berminat untuk merasakan pengalaman membaca seperti yang saya alami, Chocochips #1 bisa didapatkan dengan menghubungi fanpage Chronicle Company CIrcle . Sampai jumpa di review-review berikutnya!

Comments

Popular posts from this blog

The Masque of the Red Death

Review Novel : Attack On Titan Before The Fall Vol. 1

Review Novel : Zombie Aedes