Review Astacakra


Saya berkesempatan untuk membaca sebuah buku berjudul Astacakra yang dikarang oleh Haditha, penulis dari Anak Pohon yang pernah sudah pernah saya review di sini. Sebelum saya mulai, ada satu hal menarik yang ingin saya sampaikan. Sang penulis melalui penerbit mitra google books Starr n Ollie telah menerbitkan cukup banyak buku digital. Untuk informasi lebih lanjut dapat ditengok fanspagenya Fiksi Klenik.

Nah, sekarang saya akan membicarakan mengena buku ini.

Moses adalah seorang anak laki-laki yang tumbuh besar dengan diperdengarkan cerita-cerita kepahlawanan Gatot Kaca. Pada ulang tahunnya yang ketiga belas, Sang Ayah menghadiahi sebuah ikat pinggang berkepala segi delapan. Tak disangka-sangka, ikat pinggang tersebut malah membawanya dan Rakila (saudara sepupunya) ke dunia lain. Celakanya, di dunia lain itu Rakila diculik oleh Raiulo, sang monster berkepala ular. Kini Moses harus menyelamatkan saudara sepupunya. Lebih dari itu, ia terlibat dalam skema yang lebih besar, yang mana ternyata ia adalah titisan sang Gatot Kaca itu sendiri, yang bertugas menyelamatkan dunia lain dari tangan-tangan kegelapan.

Secara umum, menurut saya ini adalah klise cerita yang sudah sering dipakai. Namun, saya tidak akan terlalu mempermasalahkan hal itu seandainya eksekusi dilakukan dengan baik. Sayangnya yang saya dapati dari buku ini adalah, lebih dari setengahnya merupakan info dump. Setelah Rakila diculik di awal cerita, Moses bertemu dengan para warok, orang-orang sakti yang berlawanan dengan pihak antagonis. Para warok pun menceritakan segala worldbuiling dunia mereka, mengapa Raiulo menculik Rakila, sampai melatih Moses untuk menjadi Asracakra (sebutan bagi Gatot Kaca di dunia itu). Tapi harus kukatakan bahwa proses itu berjalan terlalu lurus, tanpa ada plot yang benar-benar terjadi di antaranya.

Jika dibandingkan cerita-cerita sejenis, misalnya Kungfu Panda, saat Tokoh Utama berlatih tetap ada konflik-konflik kecil, misalnya ketidakcocokan dengan guru, gesekan dengan antagonis, hingga akhirnya Tokoh Utama menemukan jati dirinya. Dalam novel ini, saya lihat hampir tidak ada perkembangan karakter dari Moses. Cerita baru bergerak lagi saat tiba-tiba pihak antagonis menyerang, pada seperempat terakhir cerita.

Hal itu yang menurutku sangat fatal, menimbang sebenarnya ada banyak potensi dari cerita ini.

Yang pertama adalah penamaan. Sepertinya penulis benar-benar tahu worldbuilding yang ingin ia bangun. Berikut contoh-contoh istilah yang digunakan :

- Raikewan : Makhluk jahat berkepala binatang.
- Raiulo : Penjahat yang berkepala ular.
- Warok Sentadu : Orang sakti yang berguru pada belalang sembah
- Astacakra : Apa ya, asta itu kan delapan, cakra ya cakra, tapi maksudnya semacam Gatot Kaca generasi ke delapan.
- Cakragraha : Nama bangunan, perpaduan Cakra + Graha (rumah).

Hanya saja ada sedikit masalah, istilah-istilah ini dikemas dalam info dump worldbuilding, sehingga kadang saya lupa atau ada hal yang tidak saya mengerti.

Kemudian dari gaya bahasa, saya suka gaya bahasa yang digunakan. Kupikir bukan sesuatu yang nyastra, tapi tetap membumi dan ringan. Terlebih saat memasuki adegan pertarungan, benar-benar bisa divisualisasi dengan jelas. Berikut salah satu contohnya :


Yak, sekian saja reiew kali ini, semoga bisa menjadi masukan yang baik ataupun gambaran bagi yang berminat membeli.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Masque of the Red Death

Review Novel : Attack On Titan Before The Fall Vol. 1

Review Novel : Zombie Aedes