Review Novel : Lelaki Harimau

Setelah vakum cukup lama akhirnya saya berkesempatan untuk mengisi kembali blog nan sepi ini dengan sebuah postingan review. >,< Novel yang saya baca kali ini berjudul Lelaki Harimau, karangan Eka Kurniawan yang belakangan saya tahu beliau digadang-gadang sebagai penerus Pramoedya Ananta Toer masa kini. Lantas, seperti apa sih isi novel ini (setidaknya menurut pengamatan saya)? Mari kita telusuri~

Cover terbaru 2014


Awal pertama mendapatnya memang saya sendiri yang merikues sebuah buku dengan kandungan sastra yang tinggi. Maka dapatlah Lelaki Harimau yang di atas kotak ISBN nya saja sudah ditulis gamblang "SASTRA/NOVEL". Saya agak terenyak juga jadinya. Ketika mulai membaca baris-baris kalimat pertama, saya memang cukup terheran, kala menemukan kosakata-kosakata yang asing, juga penggunaan imbuhan yang serasa tidak lazim dalam tulisan-tulisan yang biasa saya baca. Tapi sebenarnya setelah beberapa saat, saya mulai terbiasa, dan menemukan gaya tulisan yang mengalir rapi.

Bercerita tentang Margio, seorang pemuda yang tiba-tiba membunuh seorang pria, dan mengaku ada harimau yang bersemayam dalam tubuhnya. Pembaca pun diyakinkan bahwa meski mendapat perlakuan buruk selama bertahun-tahun, Margio adalah pemuda baik, sehingga rasanya mustahil melakukan kekejian macam itu. Barulah lakon digelar sedikit demi sedikit, mengisahkan seluk beluk latar belakang yang akhirnya mengantar pada sebab-musabab dari tragedi.

Hal utama yang paling saya sukai dari novel ini tentu saja teknik penceritaan yang mengalun bagai aliran sungai. Bahkan kadang saya dibuat tidak sadar telah terjadi perpindahan sorotan karakter, perpindahan seting, juga perpindahan waktu penceritaan. Semua dikemas begitu apik hingga tiba-tiba saya sudah diantar pada kalimat terakhir tanpa adanya ganjalan berarti.

Hal kedua yang saya sukai, yaitu pendalaman seting yang digunakan. Betapa terasa merakyat, realistis, dan mendalam. Meski kota yang dimunculkan adalah kota fiksi, tapi nilai-nilai sosial-budayanya begitu mengena sebagai salah sebuah kota di tepi pantai Indonesia.

Hal ketiga, adalah pendalaman tiap karakternya, yang dimainkan dengan beragam latar belakang yang menjelaskan tingkah lakunya di masa kini. Dalam buku ini seseorang tidak bisa dikatakan benar-benar baik atau benar-benar buruk setelah kita mengetahui sisi psikologis mereka. Karena kenyataan hidup juga yang kadang memaksa mengarahkan sikap dan perbuatan para karakter.

Terakhir... sayangnya untuk yang terakhir ini adalah mengenai hal yang saya sayangkan. Entah mengapa selama membaca, saya tidak menemukan rasa kuat lain selain rasa penasaran. Diksi-diksi nya memang bervariasi, namun saya tidak menemukan suatu tatanan diksi yang begitu menggugah dalam kobar kesedihan, semangat, atau bahkan amarah. Atau mungkin dari segi ceritanya sendiri, saya sulit mengempati dengan apa yang terjadi pada tokoh-tokohnya. Yah tapi yang terakhir saya juga tak tahu kenapa.

Akhir kata, menurut saya novel ini adalah baik untuk dibaca, terlebih bagi pembaca muda yang kadang suka mengerutkan kening ketika mendengar kata 'novel sastra'. Tenang saja, pembawaan bahasanya sendiri cukup ringan untuk diikuti, agaknya sudah disesuaikan dengan zaman yang kekinian. ^^

Comments

Popular posts from this blog

The Masque of the Red Death

Review Novel : Attack On Titan Before The Fall Vol. 1

Review Novel : Zombie Aedes