Chapter 9 - Anggun Si Putri Cenayang


“Kalau begitu,” Fatah memperhatikan Anggun dan Putri secara bergantian, “bagaimana kalau kalian berdua saling latih landing?”
Senyum Anggun seketika membeku—beberapa saat—, lalu berubah menjadi raut kecewa yang jelas. Begitu juga dengan Putri, agaknya butuh waktu baginya menghadapi kenyataan ini. Kedua gadis itu saling tatap, tak bertukar kata, tapi memancarkan ketidaksukaan yang kentara melalui irisnya.
Ami terus menyenggol-nyenggol Raynold, hingga pemuda itu angkat bicara. “Fat!” katanya, kemudian berpikir sejenak. Sayangnya ia tak menemukan alasan kuat untuk menolak keputusan Fatah. Maka ia hanya mengendikkan bahu. “Kenapa?”
“Aku kan senior, sesekali aku mau jadi pengawas saja,” jawab Fatah. “Kadang... dua orang dengan kemampuan setara yang saling berlatih tanding perkembangannya akan lebih cepat.” Ia mengutarakan teori yang dibuat-buat sendiri. “Hari ini juga aku sedang tidak fit,” tambahnya sambil pura-pura batuk.
“Begitu ya... baiklah...” ucap Raynold dengan gestur ‘terserah’.
Meski gadis-gadis juga tidak terima, tapi tak ada yang berani mengintervensi. Mereka takut memancing kemarahan Anggun apabila memaksa Fatah latihan dengan Putri.
“Ya sudah.” Fatah berbicara pada semua. “Ayo mulai latihannya?”
Fatah mempraktekkan teknik tendangan beruntun yang diakhiri dengan satu tendangan tinggi ke kepala. Anggun mencoba duluan, sementara Putri memegang dua samsak untuk menerima tendangan.
“Yak! Bagus!” seru Fatah. “Kalian teruskan ya... aku... ada urusan sebentar.”
Lalu pemuda itu langsung pergi tanpa menunggu persetujuan dari yang lain. Saat ini hal yang paling tidak ia inginkan adalah berada bersama kedua gadis tersebut. Ia belum menentukan bagaimana seharusnya bersikap.
Anggun diam sejenak untuk mengamati kepergian Fatah, kemudian melanjutkan aktivitasnya. Ia kembali melatih tendangan dengan ekspresi yang datar.
“Kak Anggun,” panggil Putri di sela aktivitas.
“Ya?” jawab Anggun tanpa minat, lalu melancarkan tendangan beruntunnya sekali lagi. Lengan kecil Putri selalu hampir terempas tiap kali menerima hantaman tersebut.
“Aku ingin tanya sesuatu,” lanjut Putri.
“Apa?”
Gadis kecil mengeraskan diri. Ia yang biasanya tampak lugu, membuat ekspresi serius. Ia bahkan tidak mempedulikan peringatan orang-orang, begitu juga kabar-kabar yang beredar mengenai Anggun. Ia sudah memutuskan untuk mencari kejelasan atas kebimbangannya selama ini.
“Apa Kak Anggun...” Tapi ternyata tetap saja suaranya mencicit, tak selantang tekadnya. Ia menelan ludah, lalu mengulang dari awal. “Apa Kak Anggun menyukai Kak Fatah?”
Anggun terkesima. Ia menghentikan gerakannya, tidak jadi menendang. Ia berdiri di sana, meneliti Putri melalui kedua maniknya yang hitam kelam. Tatapan yang entah mengapa membuat Putri bergidik, seolah tengah diintip hati dan perasaannya.
Mereka saling diam cukup lama, sampai akhirnya Anggun tersenyum. Senyum yang janggal sebab hanya di bibir, sementara caranya menatap masih sama—membelalak dalam gelap.
“Kalau iya kenapa?” ucap gadis itu.
Jawaban yang layaknya sebuah tantangan besar bagi Putri. Sang gadis keil harus memberanikan diri untuk bisa membalasnya.
“Kenapa Kak Anggun menyukai Kak Fatah?”
“Kenapa ya...” Anggun memiringkan kepala, meletakkan pipinya pada tumpuan telapak tangan. “Karena dia berbeda. Dia baik sekali.”
“Tapi Kak Fatah kan memang baik pada semua orang!” protes Putri, tak sadar diri bahwa itu juga yang membuatnya menyukai pemuda itu.
“Lalu?” jawab Anggun singkat.
Putri mengatakan hal-hal tadi agar Anggun berpikir dua kali, tapi rupanya gadis itu sudah memiliki keputusan yang bulat.
Tiba-tiba Anggun bergerak maju. Ia memindahkan telapak tangan dari pipinya ke pipi Putri, mengelus sang gadis kecil dengan sentuhan yang dingin.
“Nanti juga Kak Fatah suka padaku,” bisik Anggun.

Putri langsung merasa sesuatu mencekam dirinya. Seluruh romanya merinding ngeri. Ia benar-benar takut. Ia takut Kak Fatahnya direbut menggunakan ilmu hitam yang tak ia mengerti. Namun, hatinya tak mudah menyerah. Ia bersumpah pada dirinya sendiri untuk tak membiarkan bahaya itu terjadi.

Comments

  1. Wah wah.

    Selama ini aku lebih condong dukung Anggun sih, ngarepnya dia aslinya ga kayak yang orang-orang katakan. Kalo buat Putri sendiri entah kenapa masih belum bisa simpati sama dia sih, I wonder why. Kecuali kalau dia nanti punya twist yang mencengangkan rather than tetap jadi gadis yang lurus-lurus saja, aku rasa aku bakalan bingung mau dukung siapa

    Sementara itu, aku nganggep Anggun kayak cewek biasa yang lagi jatuh cinta sih. Tapi kalo memang Anggun pake cara-cara kotor, du-du-duh. Semoga Fatah selamat deh


    ReplyDelete
  2. Begitu juga dengan Putri, agaknya butuh waktu baginya menghadapi kenyataan ini. Kedua gadis itu saling tatap, tak bertukar kata, tapi memancarkan ketidaksukaan yang kentara melalui irisnya.

    https://www.horey4d.site/prediksi-togel-singapura-super-jitu-kamis-tanggal-02-mei-2019/

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Masque of the Red Death

Review Novel : Attack On Titan Before The Fall Vol. 1

Review Novel : Zombie Aedes